Jika terjadi kesalahan dalam pementasan Lampan Lahat, diyakini akan ada kejadian tak terduga yang memakan korban jiwa, baik dalang atau orang yang mengundang dalang untuk memainkannya.
“Di situ akan keluar leak tuselak. Yang ngundang atau kita yang mainkan itu akan jadi korban. Seolah kita mengundang jin semua di atas,” katanya.
Lantas, mengapa Lampan Lahat begitu penuh dengan aura mistis? Ki Dalang Wildan mengatakan dalam kisah Serat Menak, menceritakan perjalanan paman Rasulullah SAW yaitu Amir Hamzah atau dalam pewayangan dikenal dengan Jayeng Rane. Kisah tersebut menceritakan Jayeng Rane menyebarkan Islam dan menumpas musuh Islam.
Lampan berarti adalah judul atau cerita, sementara Lahat adalah jebakan atau kuburan. Kisah atau fragmen Lampan Lahat berisi akhir hidup Jayeng Rane yang gugur di medan perang melawan musuh Islam. Dalam Islam, Amir Hamzah gugur dalam perang Uhud.
“Di lahat atau lubang, bisa juga dimaknai sebagai kubur. Di situlah sejarah Jayeng Rane berakhir bersama kuda perangnya,” katanya.
Ki Dalang Wildan bahkan tegas mengatakan tidak akan berani memainkan Lampan Lahat meskipun dibayar berapapun.
“Jika ada yang kasi saya Rp100 juta untuk memainkan (Lampan Lahat), saya tidak akan berani. Mohon maaf, salah-salah bisa lari ke keturunan (jadi korban),” ujarnya.
Ki Dalang Wildan menjelaskan, Jayeng Rane dalam wayang Sasak digambarkan dengan ciri khas sederhana. Berbeda dengan wayang Jawa, Jayeng Rane digambarkan sebagai Arjuna dengan menggunakan perhiasan mahkota dan gelang.