Opini  

Melirik Makna di Balik Ungkapan “Kalemboade”

Ungkapan seperti tersebut di atas, terdapat juga dalam Nggahi Mbojo atau Bahasa Bima (NB/BB). Salah satu dari sekian ungkapan itu, yang disajikan penulis kali ini adalah ungkapan kalemboade. Ungkapan ini sengaja diangkat bukan tanpa alasan. Kalau dicermati dengan njelimet, maka ungkapan kalemboade, sangat akrab digunakan pengguna Nggahi Mbojo atau Bahasa Bima(NM/BB)). Bagaimana tidak? Dalam berkomunikasi, warga Dou Mbojo, selalu mengungkapkan ungkapan tersebut, boleh dikatakan sebagai proses awal berkomunikasi, iya setiap awal pembicaraan selalu dimulai dengan kalemboade.

Seperti dalam Bahasa Indonesia, ungkapan sering terbentuk dari berbagai unsur. Bahasa Bima pun demikian, katakana saja , idiom atau ungkapan yang terbentuk dari unsur bagaian tubuh manusia, misalnya: jatuh hati (Bahasa Indonesia) sedangkan dalam Bahasa Bima, kata jatuh hati itu adalah mabu ade; buah hati (Bahasa Indonesia) sedangkan dalam Bahasa Bimanya adalah : do’u ne’e; dan masih ada lagi contoh lain seperti ungkapan dari unsur indera: mandi basah (Bahasa Indonesia) sedangkan bahasa Bima : deu raso.

Bagaimana ungkapan kalembode itu sendiri ? Entah sejak kapan, ungkapan kalemboade digunakan masyarakat Mbojo (Bima), kurang tahu, penulis. Tapi yang jelas, ungkapan kalemboade selalu mewarnai kegiatan alur berkomunikasi dalam keseharian warga Dou Mbojo (orang Bima). Frekuensi penggunaannya pun , boleh dikatakan, tiada hari tanpa ada ungkapan kalemboade , bahkan tiada jam tanpa ada kalemboade.

Sekedar contoh, ketika kita makan makanan yang amat lengkap : empat sehat lima sempurna sekalipun, penyuguh makanan selalu mengawali kegiatan makan, dengan mengatakan, “Kalemboade makan apa adanya”(= kalemboade ngaha wati tantu nde atau ngaha be ma wara) . Di sini, maknanya adalah merendahkan diri (litotes).

Iya, apalagi kalau makanan yang disuguhkan misalnya kurang memenuhi menu yang diharapkan, ungkapan kalemboade malah diulang-ulang diungkapkan. (1) “Kalemboade, ngaha hangga sa toi”(= makanan tersedia hanya sedikit). (2) Kalemboade, kalemboade ngaha be ma wara! Atau kalemboade, mboto kangampu ta, wati tantu ngaha re be poda ma wara. Artinya, banyak maaf karena makanan itu, apa adanya). Makna yang dikandung dalam dua kalimat di atas, berarti : memohon maaf, karena mungkin tidak kena salera.

Nah, kalemboade itu sendiri, apa sih artinya? Secara sederhana, dapat dikatakan maknanya: bersabar. Itu dipahami karena ungkapan itu terbentuk dari kata kalembo = sabar; ade = hati. Jadi, kalemboade artinya bersabar yang bermula dari keikhlasan hati –nurani . Namun demikian, dalam penerapannya oleh pengguna nggahi Mbojo ( bahasa Bima) justeru ungkapan kalemboade mengandung banyak makna. Artinya, pemanfaatan ungkapan kalemboade bergantung pada situasi dan kondisi pengguna bahasa. Benar kata ahli bahasa, kata atau ungkapan belum punya arti, jika belum dikontekskan. Artinya, kata atau ungkapan yang digunakan pemakai bahasa baru mempunyai artinya jika dirangkaikan dalam bentuk kalimat atau dirangkaikan dalam bentuk wacana.

Setelah diadakan penelitian sederhana, penulis menemukan sekian makna ungkapan kalemboade itu. Dan ternyata, tafsiran kita terhadap ungkapan kalemboade, memang beragam maknanya. Untuk tidak sekedar diperbincangkan, berikut ini, disajikan hasilnya, antara lain, sebagai berikut:

Loading

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest


0 Comments
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar