Tokoh masyarakat Hindu dan tokoh masyarakat Islam kemudian berembuk. Dan semenjak itu, air dari Pura Pancor Munjuk dialirkan ke Masjid Hidayatul Islam. Semula dengan cara yang sederhana. Baru pada tahun 2016, sistem alirannya dibuat menjadi lebih bagus dengan menggunakan jaringan perpipaan dan reservoar yang bisa disaksikan masyarakat saat ini. “Sesungguhnya kami Umat Hindu dan Umat Islam di di sini berasal dari leluhur yang sama,” kata Made Putra.
Dahulu, saat pura dibangun pada tahun 1918, empat orang leluhur mereka datang dari Karangasem dan bermukim di sana. Dari empat leluhur inilah jumlah warga terus lahir dan bertambah. Dalam perkembangannya, warga kemudian sebagian memeluk agama Islam. Sebagian lagi tetap memeluk agama Hindu. Dan bahkan pernikahan warga di antara kedua pemeluk agama juga terjadi. Semisal, warga Muslim menikahi warga yang beragama Hindu yang kemudian muallaf.
Tak heran, kehidupan masyarakat di Desa Batu Kumbung begitu guyub dan rukun. Tak pernah ada pertentangan antara warga di sana. Di sinilah, praktik toleransi antar umat beragama benar-benar dipraktikkan.
Ambil contoh misalnya saat ada warga yang meninggal. Begitu ada pengumuman berita kematian di masjid atau musala, umat Hindu kemudian akan secara serentak mengumpulkan uang duka untuk kemudian membantu keluarga Muslim yang sedang ditimpa musibah. Pun begitu saat ada umat Hindu yang meninggal. Hal serupa juga dilakukan oleh umat Muslim. Begitu pula pada saat ada hajatan. Mereka saling membantu satu sama lain.
“Tradisi seperti ini sudah ada semenjak kami bahkan belum lahir. Ini adalah peninggalan leluhur kami,” kata Made Putra.
Antar kedua umat beragama pun begitu saling menjaga satu sama lain. Menyadari bahwa mata air dari Pura Pancor Munjuk dialirkan ke Masjid Hidayatul Islam untuk kebutuhan umat Islam beribadah, maka leluhur umat Hindu membuat aturan yang sangat tegas. Bahwa tidak boleh ada upacara yang menghadirkan daging babi di pura. Di Pura ini, babi tak boleh ada, tak juga boleh didatangkan atau dibawa untuk disembelih, atau dagingnya diolah, dimasak, lalu disantap baik oleh perorangan atau bersama-sama di sana. Larangan itu masih terjaga hingga kini.
“Jadi kalau ada upacara, kami umat Hindu menyembelih kerbau,” kata Made Putra.
Mata Air Suci Menyucikan