Bagi Rachmat, para atlet terbiasa berusaha dua kali lipat lebih keras dibanding orang lain. Karena itu, mereka layak mendapat apresiasi lebih atas seluruh dedikasinya bagi kebanggaan daerah.
Dan betapa berlipatgandanya kebanggaan Rachmat, manakala mengetahui Rifka begitu mandiri. Tak sekalipun Rifka pernah mengeluh. Keluarga yang tidak bergelimang materi bukan menjadi penghalang untuknya berprestasi.
Bahkan demi bisa ikut tanding dalam sebuah kejuaraan nasional, Rifka memilih menggadaikan sepeda motor miliknya semata untuk tidak memberatkan ekonomi keluarga. Dengan seluruh kerja keras dan doa dari orang-orang yang dicintainya, dari dara 20 tahun itu kemudian lahir prestasi-prestasi yang gemilang. Di tingkat nasional, Rifka tecatat sudah mengantongi dua medali perak kejuaraan nasional.
Atas semua pencapaiannya, Rifka tak hendak berpuas diri. Alumnus SMK 2 Mataram ini masih memiliki segudang impian untuk memberi kebanggaan daerah dengan prestasi-prestasi gemilang. Hal yang disasadarinya baru akan bisa mewujud hanya dengan kerja keras sebagai sebuah ikhtiar dan disertai doa pada Sang Pencipta.
Rachmat kemudian menanyakan cita-cita Rifka. Rupanya bungsu dari tiga bersaudara itu ingin menjadi Polwan. Rachmat menebalkan keyakinan pada diri Rifka, dengan prestasi olahraga menembak yang dimilikinya, jalan untuknya akan terbuka lebar.