Persoalan kekeringan saat ini memang masih menjadi momok bagi sebagian masyarakat di Pulau Lombok, juga NTB. Sepanjang tahun 2022 lalu misalnya, sebanyak tujuh Kabupaten dan satu Kota memberlakukan status siaga darurat kekeringan.
Dua Kabupaten bahkan menaikkan statusnya menjadi tanggap darurat kekeringan karena warganya sangat kesulitan dalam mengakses air bersih.
Saban tahun, sedikitnya lebih dari 500 ribu jiwa selalu kena dampak kekeringan. Di Pulau Lombok, bencana kekeringan terjadi di empat Kabupaten yakni di Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Lombok Utara. Kekeringan tersebut, utamanya melanda masyarakat yang bermukim di pesisir bagian selatan dan juga sebagian di pesisir bagian utara dan timur Pulau Seribu Masjid.
Selama ini, HBK memang dikenal sangat concern dan memiliki perhatian besar terhadap terjadinya bencana kekeringan yang menimpa warga dari tahun ketahun.
Di Pulau Lombok, HBK sendiri melalui Yayasan miliknya, yaitu HBK PEDULI, bahkan telah menyiapkan tiga armada mobil tangki air yang setiap harinya rutin menyuplai kebutuhan air bersih kepada masyarakat yang bermukim di daerah-daerah terdampak kekeringan.
Bahkan di tahun 2023 ini, akan ada tambahan satu unit armada tangki air bersih lain untuk memperkuat armada tangki air bersih yang sudah ada.
Namun begitu, HBK menyadari sepenuhnya, bahwa bantuan air bersih yang dilakukan dengan armada mobil tangki air yang selama ini dilakukan HBK PEDULI, hanyalah solusi sementara, parsial, dan sangat situasional.
“Pembangunan sumur-sumur bor oleh Kemenhan RI ini adalah solusi tuntas, permanen, dan jangka panjang,” kata HBK.