Masalahnya, basis pemilih Prabowo di NTB, memiliki irisan yang sama dengan basis pemilih pasangan Anies-Muhaimin. Sehingga, dukungan ke Prabowo sudah pasti tidak akan sekencang dukungan di Pilpres sebelumnya. Sementara di sisi lain, basis dukungan kalangan nasionalis yang dimotori PDI Perjuangan di NTB, dinilai akan solid ke pasangan Ganjar-Mahfud, dan bahkan bisa meraup tambahan seiring dengan bergabungnya Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Perindo sebagai penyokong pasangan Ganjar-Mahfud.
Didu menjelaskan, PPP adalah partai pemenang ketiga di NTB dalam Pemilu tahun 2019. Sementara dari sisi partai berbasis Islam, PPP merupakan partai dengan perolehan suara tertinggi di NTB, mengalahkan perolehan suara PKS, PKB, PAN, dan PBB. Sementara Partai Perindo, seperti yang sudah diketahui khalayak, adalah partai yang dimotori pula tokoh sentral NTB TGB HM Zainul Majdi yang kini juga merupakan Ketua Umum Pengurus Besar NWDI, organisasi Islam dengan massa yang sangat besar di Bumi Gora.
Bagaimana dengan pengaruh Prabowo yang menggandeng Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo, apakah justru tidak akan menjadikan pemilih Jokowi pada Pemilu 2019 di NTB mengalihkan dukungan ke Prabowo-Gibran? Didu menjelaskan, pengaruh Gibran tidak akan terlalu signifikan di NTB. Sebab, sejak semula, perolehan suara Jokowi dalam Pemilu 2019 di NTB, tidaklah ditopang oleh figur Jokowi secara personal. Namun, berdasarkan kajian Mi6, suara Jokowi tersebut dihasilkan atas kinerja militan para kader dan mesin partai dalam hal ini PDI Perjuangan NTB. Sehingga Didu meyakini, suara Jokowi dalam Pemilu 2019, justru akan bulat ke pasangan Ganjar-Mahfud.
”Jangan lupa juga, dalam Pemilu 2019, masih ada 751.370 pemilih yang golput, yang tidak menggunakan hak suaranya. Hasil kajian Mi6, justru pasangan Ganjar-Mahfud yang paling getol menyasar mereka agar dalam Pemilu 2024 menggunakan hak pilih untuk pasangan Ganjar-Mahfud,” tandas Didu.
Selain preferensi, perubahan signifikan juga terjadi dari sisi demografi. Untuk pertama kali dalam sejarah, dalam Pemilu 2024 di NTB, jumlah pemilih muda akan begitu dominan karena mencapai 2,1 juta atau setara dengan 54 persen dari total jumlah pemilih.
Didu menegaskan, perubahan dalam demografi pemilih dapat memengaruhi strategi kampanye. Sebab, dalam hal ini, kontestan Pilpres perlu lebih memperhatikan kelompok pemilih tertentu. Dengan cara itu kata Didu, kesadaran pemilih bakal meningkat. Dan lagi-lagi, berdasarkan kajian Mi6, pasangan Ganjar-Mahfud sudah selangkah lebih maju dalam hal ini dibanding kandidat lainnya.