Sementara sang istri Faizah, sedang duduk di atas kursi. Di dekatnya ada anak dan menantunya yang sedang memasak. Ikut menemani, saudara perempuanya.
Kedatangan Rachmat disambut histeris oleh keluarga Darmasih. Rupanya, dengan keluarga ini, Rachmat memiliki hubungan yang sangat dekat. Darmasih, telah dikenal Rachmat semenjak dirinya masih menempuh pendidikan di bangku SMA di Pancor.
Darmasih dahulu adalah pria yang dikenal sangat kuat secara fisik di Pancor. Tak ada yang berani melawannya. Maling-maling pun takut kepadanya.
Pekerjaan sehari-hari Darmasih adalah sebagai buruh di pasar. Konon, karena begitu kekar dan kuat fisiknya, memindahkan gabah satu ton, cukup hanya dua kali dilakukannya. Tak berbilang pula maling-maling ternak yang tumbang di tangannya.
Selepas jadi buruh di pasar, Darmasih kemudian beralih profesi sebagai kusir cidomo. Profesi yang terus melekat pada dirinya, hingga menderita stroke dan lumpuh tahun 2018.
Semenjak itu, Darmasih tidak bisa berjalan. Bicaranya pun sudah tidak jelas. Butuh waktu, untuk mengetahui apa yang dikatakannya.
Saat dibangunkan Rachmat, Darmasih sempat melongo. Melihat dari dekat siapa yang membangunkannya, pria 75 tahun itu pun terperanjat.
Namun, sejurus kemudian, senyumnya mengembang. Ditatapnya lekat-lekat wajah Rachmat, macam orang yang masih tak yakin, sahabat karibnya tetiba kini ada di depannya.
Rachmat pun menceritakan, dirinya datang untuk mengantarkan kursi roda untuk Darmasih dan Faizah. Rachmat ingin keduanya bisa beraktivitas lebih normal lagi.
Bersosialisasi dan menyapa para tetangga. Mengisi masa tua bersama sang istri, yang sudah lebih dari sepuluh tahun menderita stroke dan lumpuh.
“Kenangan saya di sini, bersama dengan keduanya, tak akan pernah saya bisa lupakan,” ucap Rachmat.
Kepada Darmasih dan Faizah, Rachmat kemudian menyerahkan pula bantuan paket idul Fitri. Juga bantuan uang tunai. Kepada anak Darmasih, Rachmat juga berpesan, agar terus menjaga kedua orang tuanya.