Banyak Peziarah Asal Jawa Kunjungi Makam di Lombok, Ini Sejarahnya

“Peninggalan yang tersisa adalah bejana. Itu pernah didatangi Dinas Kebudayaan untuk didaftarkan menjadi situs purbakala,” ujarnya.

Air yang dimasukkan dalam bejana tersebut diyakini dapat menyembuhkan orang sakit. Sehingga banyak masyarakat mengambil air pada bejana tersebut untuk pengobatan.

Kiai Mas Mirah memiliki hubungan langsung dengan Kerajaan Pejanggik yang ditugaskan untuk menyebarkan Islam di Pulau Lombok. Bahasa dakwahnya yang simpel dan lugas, membuat masyarakat mengagumi sosok Kiai Mas Mirah.

“Dalam berdakwah, beliau sangat simpel tapi mengena di hati masyarakat,” kata Muhammad Amin.

Kiai Mas Mirah memiliki banyak julukan. Dia sering disebut Raden Abdurahman, Raden Mas Jirah, Raden Jirah, dan yang paling populer dengan nama Kiyai Mas Mirah.

Salah satu karomah yang dimilikinya adalah dapat memanggil hujan di saat musim kemarau. Kala itu sangat membantu masyarakat Lombok yang dominan sebagai petani yang selalu butuh mengairi sawah mereka.

“Jadi beliau memiliki karomah dapat memanggil hujan saat kemarau. Itu merupakan karomah beliau yang dapat membantu masyarakat,” ujarnya.

Selain pernah menyebarkan Islam di Jawa, ayah Kiai Mas Mirah menikahi seorang perempuan dari tanah Jawa. Langkah tersebut merupakan penetrasi damai (penetration pasifique) dalam menyebarkan Islam, tanpa pertumpahan darah, yaitu dengan pernikahan atau dengan cara tasawuf. Hal itu yang memicu baik ayah dan Kiai Mas Mirah sangat dikenal di sebagian masyarakat Jawa.

Makam Kiai Mas Mirah berada tepat di belakang aliran sungai yang teduh. Bahkan, di tengah sungai memiliki sumur dangkal atau lingkoq dalam bahasa Sasak, yang digunakan kiai untuk berwudhu. Hingga kini sumur tersebut tetap berdiri dan kokoh.

Makam tersebut dahulunya tidak tertata rapi, baru pada 2016 dilakukan pemugaran makam untuk memudahkan peziarah.

Loading

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar