Berita  

Melek Terhadap Toleransi Beragama, Cangkir Opini Ajak Eks Napiter dan Cendekiawan Diskusi

“Kita sebagai umat beragama, kita tidak perlu mengganggu mereka untuk menjalankan perintah agama mereka, cukup kita berikan ruang untuk mereka,” kata Gus Aab.

Di Kegiatan Sarasehan Bareng (SABAR), Kedai Nong, Cangkir Opini juga mengundang Dhian Wahana Putra, Rosnida Sari dan Irfan Suhardianto.

Dhian Wahana Putra selaku Kepala Pusat Studi Peradaban Islam UM Jember menerangkan bahwa untuk memahami konsep Islam Moderat, maka kita harus mengerti tentang konsep ta’budi dan ta’kuli. Ta’abudi adalah konsep ibadah yang tidak boleh dipertentangkan seperti ibadah mahdoh. Sedangkan ta’akuli adalah konsep ibadah yang membuka ruang bagi manusia untuk beribadah dengan kreatfitas mereka, contoh menutup aurat.

“Menutup aurat itu wajib, tapi urusan menutup aurat dengan apa itu sebebas yang bersangkutan,” terang Dhian.

Dalam kajian perspektif kebudayaan, sebagaimana yang dikatakan oleh Rosnida Sari yang merupakan Tokoh The Center of Human Right, Multiculturalism, and Migration bahwa faktor utama munculnya gerakan radikalisme berbasis agama adalah munculnya kebencian-kebencian yang terawat di tengah umat beragama.

Faktor inilah yang menyebabkan Islam menjadi agama yang dibenci karena banyaknya penganut Islam yang dicap negatif oleh penganut agama lain.
Apalagi banyak kesan yang muncul di media bahwa umat Islam itu adalah penganut agama yang suka marah-marah, kejam dan tidak manusiawi.

Loading

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar